Minggu, 15 November 2015

PENGRTIAN SWOT DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN



BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagai pelaksana program pendidikan, lembaga pendidikan adalah pemeran utama untuk melaksanakan program tersebut. Dalam pelaksanaan program-program serta tujuan yang telah disepakati oleh lembaga pendidikan tersebut tentunya tidak bisa terlepas dengan problematika maupun persoalan-persoalan lain yang harus diselesaikan oleh sebuah lembaga pendidikan termasuk lembaga pendidikan Islam.
Setiap pimpinan lembaga atau perusahaan tidak menginginkan perusahaannya jatuh bangrut begitupun dengan lembaga pendidikan tidak ada yang menginginkan jatuh terprosok hanya karena persoalan salah manajemen atau pengelolaan. Masalah pendidikan bukan merupakan masalah baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Berdasarkan masalah pendidikan, tidak lepas problematika yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam. Perhatian tersebut tidak lepas dari akar sejarah lembaga pendidikan islam yang memunculkan madrasah dan sekolah. Selaras dengan tuntutan zaman, lembaga pendidikan Islam pun berkembang. Persoalan-persoalan yang timbul baik berupaa faktor intern maupun ekstern.Faktor intern misalnya terkait dengan kurikulum, tenaga pendidik, perserta didik dan lain-lain, sedangkan faktor eksternnya adalah faktor-faktor sosial (masyarakat), pemerintahan maupun pihak-pihak yang terkait.
Sebuah lembaga pendidikan Islam tentunya harus mengetahui problematika lembaganya, mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman sehingga bisa melahirkan solusi-solusi cemerlang dan bisa mengantarkan lembaga pendidikan Islam pada kedudukan yang sangat berpengaruh dalam pergulatan keilmuan bangsa maupun dunia.
Sehubungan dengan hal tersebut E. Mulyasa menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi dewasa ini cenderun menimbulkan permasalahan dan tantangan baru berdampak luas terhadap tugas-tugas pengelolaan  pendidikan.[[1]] Perbaikan mutu secara terus menerus berorientasi pada masukan, proses, luaran, dll. Inti sumber perbaikan bukanlah pada fisiknya, melainkan pada peningkatan profesionalitas manusia pengelola atau pelaksana lembaga pendidikan Islam. Untuk mengukur tingkat keberhasilan, kekuatan dan kelemahan dalam manajemen strategik maka analisis SWOT merupakan salah satu alternativ yang digunakan dalam mengnalisis manajemen pendidikan, khusunya lembaga pendidikan Islam.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Pengertian Anisis SWOT?
2.      Baaimana Analisis SWOT Lembaga Pendidikan Islam?
3.    Bagaimana tahapan Analisis SWOT secara cermat dan akurat?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan SWOT?
5.      Bagaimana proses analisis Strategi SWOT didalam Lembaga Pendidikan?
C.    Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan penulisan makalah Analisis SWOT ini sebagai berikut :
1.      Memenuhi Tugas Kuliyah.
2.      Untuk mengetahui secara detail tentang Analisis SWOT











BAB II
PEMBAHASAN
A.      Anilisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari strength, weakneses, Opportunities and Threats[[2]] (kekuatan, kelemahan, peluang dan Ancaman). Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat  yang efektif dalam menempatkan potensi institusi. SWOT dapat dibagikedalam dua elemen – analisa internal yang berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri, dan analisa lingkungan
Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa efektif performa institusi pada konteks eksternal atau lingkungan setempat sebuah institusi beroprasi. Analisis SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari hal-hal tersebut, kekutan,  kelemahan, peluang dan ancaman. Tujuan pengujian ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang.
Strengths-kekuatan merupakan kondisi internal positif yang memberikan keuntungan. Kekuatan dalam lembaga sekolah/madrasah dapat berupa kemampuan-kemampuan khusus/spesifik, SDM yang menandai, image organisasi, kepemimpinan yang cakap dan lain-lain.[[3]]
Weaknes-kelemahan merupakan kondisi internal negativ yang dapat merendahkan penilaian terhadap sekolah/madrasa kelemahan dapat berupa rendahnya SDM yang dimiliki, produk yang tidak berkualitas, image yang tidak kuat, kepemimpinan yang buruk dan lain-lain.[[4]]
Opportunity-peluang adalah kondisi sekarang atau masa depan yang menguntungkan sekolah/madrasah. Opportunity merupakan kondisi eksternal yang dapat memberikan peluang-peluang untuk kemajuan lembaga seperti adanya perubahan hukum, menurunnya pesaing menigkatnya jumlah siswa baru.[[5]]
Threats-tantangan adalah kondisi eksternal sekolah/madrasah, sekarang dan yang akan datang yang tidak menguntugkan. Tantangan ini dapa berupa munculnya pesaing-pesaing baru, penurunan jumlah siswa dan lain-lain.[[6]]

B.     Analisis SWOT Lembaga Pendidikan Islam
Analisi SWOT itu sendiri dapat didefinisikan dengan suatu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), akan tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan(weakness) dan ancaman( threats).[[7]]
Ada beberapa tahapan dan langkah yang mesti ditempuh dalam melakukan analisis SWOT, antara lain: Langkah pertama, identifikasi kelemahan (internal) dan ancaman (eksternal, globalisasi) yang paling urgen untuk diatasi secara umum pada semua komponen pendidikan. Langkah kedua, identifikasi kekuatan (internal) dan peluang (eksternal) yang diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi pada langkah pertama. Langkah ketiga, lakukan analisis SWOT lanjutan setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam konteks sistem manajemen pendidikan. Langkah keempat, rumuskan strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.
Langkah kelima, tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan disusun suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.
Dengan analisis SWOT tersebut diharapkan pendidikan Islam dapat melakukan langkah-langkah strategis.  Strategi adalah suatu cara dimana organisasi atau lembaga akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal.Setelah melakukan analisis SWOT, berikutnya adalah melakukan langkah-langkah strategis sebagaimana dapat dibagankan sebagai berikut:
1.  Kekuatan
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif lembaga pendidikan tersebut.Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik/hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang membuatnya unggul bagi pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
Sebagai contoh bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber keuangan, citra yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas pengguna dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan keunggulan lembaga pendidikan di era otonomi pendidikan atara lain ; sumber daya manusia yang secara kuantitatif besar, hanya saja perlu pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan pendidikan Islam sangat tinggi, yang didukung sarana prasarana pendidikan yang cukup memadai. Hal lai dari faktor keunggulan lembaga pendidikan Islam adalah kebutuhan masyarakat terhadap yang bersifat transendental sangat tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan dari proses pendidikan lembaga pendidikan Islam.
Bagi sebuah lembaga pendidikan sangat penting untuk mengenali terhadap kekuatan dasar lembaga tersebut sebgai langkah awal atau tonggak menuju pendidikan yang berbasis kualitas tinggi. Mengenali kekuatan dan terus melakukan refleksi adalah sebuah langkah bersar untuk menuju kemajuan bagi lembaga pendidikan islam.
    2.   Kelemahan
Segala sesuatu pasti memiliki kelemahan adalah hal yang wajar tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisir kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini bisa kelemahan dalam sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, lemahnya kepercayaan masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan dengan kebutuhan masyarakat atau dunia usaha dan industri dan lain-lain
Untuk itu, beberapa faktor kelemahan yang harus segera dibenahi oleh para pengelola pendidikan Islam, antar alain ; (1) lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan Islam. (2) sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja. (3) lembaga pendidikan Islam swasta umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini. (4) uotput lembaga pendidikan Islam belum sepenuhnya bersaing dengan output lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.
3.   Peluang
Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam lembaga pendidikan. ituasi lingkungan tersebut misalnya ; (1) kecendrungan penting yang terjadi dikalangan peserta didik. (2) identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat perhatian. (3) perubahan dalam keadaan persaingan. (4) hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya. Peluang pengembangan lembaga pendidikan Islam antara lain :
a.  Di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran seperti ini diperlukan peran serta pendidikan agama Islam yang lebih dominan.
b.  Pada kehidupan masyarakat kota dan modern yang cenderung konsumtif dan hedonis, membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga kajian-kajian agama berdimensi sufistik kia menjamur. Ini menjadi salah satu peluang bagi pengembangan lembaga pendidikan Islam kedepan.
c.  Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan komunitas muslim terbesar diseluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat setrategibagi pentingnya manajemen pengembangan lembaga pendidikan Islam.
4.  Ancaman.
Ancama merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan. Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri. Contoh ancaman tersebut adalah ; minat peserta didik baru yang menurun, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain.

C.    Analisis SWOT secara cermat dan akurat
Menurut Boseman,(1989:6) ada 7 tahap proses manajemen strategik :
1.    Lakukan analisis SWOT secara cermat dan akurat.
2.    Mengenali visi dan misi organisasi.
3.    Melakukan formulasi tentang filosofi dan kebijakan organisasi.
4.     Menetapkan sasaran strategikorganisasi.
5.     Menetapkan strategi organisasi.
6.    Melaksanakan strategi organisasi.
7.     Melakukan kontrol strategi organisasi.
D.    Tabel Kerja SWOT

S (Kekuatan)
W (Kelemahan)
O (Peluang)
Sebuah lembaga pendidikan harus memanfaatkan peluang menjadikan kekuatan atau sebaliknya.
Peluang digunakan untuk menekan sebuah kelemahan yang ada.
T (Ancaman)
Kekuatan digunakan untuk menekan ancaman yang terjadi.
Sebuah lembaga pendidikan sebulum datang sebuah ancaman harus menutupi kelemahan-kelamahan yang ada dengan kekuatan dan peluang.
E.     Kelebihan SWOT
Dengan adanya Swot maka suatu organisasi bisa menjalankan organisasinya dengan langkah-langkah yang baik dan benar. Sehingga suatu organisasi itu bisa berkembang sesuai dengan tujuan yang  telah direncanakan.


F.     Kekurangan SWOT
Kekurangannya mungkin hanya dibutuhkan kesepakan yang deal antara pemikiran ketua dengan anggota-anggotanya sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang sejalan.
G.    Faktor Internal (Kekuatan) yang dimiliki lembaga pendidikan:
1.      Knowledge atau kepakaran yang dimiliki
2.      Lulusan dihasilkan atau pelayanan yg unik
3.      Lokasi tempat lembaga pendidikan berada
4.      Kualitas lulusan atau proses
H.    Faktor Internal (Kelemahan) yang dimiliki lembaga pendidikan:
1.      Kurangnya pengetahuan sosialisasi lembaga pendidikan.
2.      Lulusan yang tidak dapat dibedakan dengan lulusan lembaga pendidikan / lembaga pendidikan lain.
3.      Lokasi lembaga pendidikan  yang terpencil
4.      Kualitas lulusan yang jelek
I.       Faktor Eksternal (Peluang) yang dimiliki lembaga pendidikan:
1.      Adanya pendidikan berbasis internasional
2.      Lembaga yangterus berkembang dan pendidikan merupakan kebutuhan bagi masyarakat.
3.      Peluang karena lembaga pendidikan  yang tidak sanggup memenuhi permintaan masyarakat.
J.      Faktor Eksternal (Ancaman) yang dimiliki lembaga pendidikan:
1.      Adanya lembaga pendidikan Islam baru di area yang sama
2.      Persaingan harga dengan lembaga pendidikan lain.
3.      Lembaga pendidikan lain mengeluarka
4.      Lulusan baru yang inovatif
5.      Lembaga pendidikan lain memegang pangsa pasar terbesar

K.    Analisis Strategi SWOT didalam Lembaga Pendidikan
1.      Analisis lingkungan internal
Analisi lingkungan internal (ALI) berupa pencermatan dan identifikas terhadap kondisi intenal organisasi, menyangkut organisasi, biaya oprasional, efektifitas organisasi, sumber daya manusia, srana dan prasarana maupu dana yang tersedia. Pencermatan dilakukan dengan mengelompokkan atas hal-hal yang merupakan kekuatan (strength) atau kelemahan (weakness)organisasi dalan rangka mewujudkan tujuan dan sasaran. Lingkungan internal merupakan roh dalam sebuah lembaga untuk menjamin keberlangsungan proses pendidikan yang sedang belangsung oleh karena itu dibutuhkan manjemen pengelolaan yang baik.
a)     Analisis siswa atau peserta didik
Pesrta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui pembelajaran yang tersedia pada jalu. Jenjang dan jenis pendidikan tertentu.[[8]] Oemar Hamalik di kutip dari Ari Hidayat dan Imam Machali mendefinisikan peserta didik sebagi suatu kompenen masukan dalam sistem masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia berkualitas.
Adapun tahapan tahapan pengelolan peserta didik menuurut Ari Hidayat dan Imam Machali sebagai berikut.
a)        Analisis kebutuhan peserta didik.
b)        Rekruitmen peserta didik.
c)        Seleksi peserta didik.
d)       Orientasi.
e)        Penenmpatan pesrta didik.
f)         Pembinaan dan penagenbangan peserta didik.
g)        Pencatatan dan pelaporan.
h)        Kelulusan dan Alumni.
Oleh karena itu manajemen kesiswaan pendidikan bila dilihat dari segi tahapan dalam masa studi di sekolah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu, penerimaan siswa baru, preoses pembelajaran dan persiapan studi lanjut atau bekerja. Dengan istilah lain, tiga tahapan tersebut dapat disebut denga tahapa penjaringan, pemprosesan dan pendistribusian. Semua tahapan tersebut membutuhkan pengelolaan secara maksimal agar mendapatkan hasil yang maksimal pula.
b)     Analisis tenaga kependidikan
USPN No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar instruktur, fasilitat or, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri  dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Peranan guru yang sangat penting tersebut bisa menjadi potensi besar dalam memjukan atau meningkatkan mutu pendidikan, atau sebaliknya bisa juga menghancurkannya. Ketika guru benar-benar berlaku profesional  dan dapat mengelola pendidikan dengan baik, tentunya mereka semakin bersemangat dalam menjalnkan tugasnya bahkan rela melakukan inovasi pembelajarn  untuk kesuksesan pembelajaran peserta didik.
c)     Analisis sarana fisik sekolah
Sarana pendidikan adalah segala sesuatu  yang meliputi  peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah seperti gedung, ruangan, meja, kursi, alat peraga, buku pelajaran dan lain-lain. Sedangkan prasarana semua kompenen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut seperti jalan menju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan lain-lain.
Sarana dan prasarana pendidikan dalam lembaga pendidikan Islam sebaiknya dikelola dengan sebaik mungkin sesuai dengan ketentuan-ketentuan berikut;
1.      Lengkap siap dipakai setiap saat, kuat, dan Awet.
2.      Rapi indah bersih, anggung, dan asri sehingga menyejukkan pandangan dan perasaan siapun yang memasuki kompleks lembaga pendidikan Islam.
3.      Kreatif, inovatif, responsif dan variatif sehingga dapat merangsang timbulnya imajinaasi peserta didik.
4.      Memiliki jangkauan waktu penggunaan yang panjang melalui perencanaan yang matang untuk menghidari kecendrungan bongkar pasan bagunang.
5.      Memiliki tempat khusus untuk beribadah maupun pelaksanaan kegiatan sosio-religius seperti mushallah atau masjid..
Oleh karena itu, sarana dan prasarana pendidikan seharusnya diupayakan semaksimal mungkin agar lembaga pendidikan  memiliki daya tarik yang khas. Jika terjadi demikian, maka posisi tawar lembaga tersebut terhadap masyarakat sekitar sangatlah tinggi. Hal ini mungkin terjadi jika sarana dan prasarana ini mendapat perhatian besar dari manajer pendidikan mulai tahap perencanaan sampai pada perawatan /pemeliharaan.
d)     Analisis kurikulum, materi pendidikan dan proses belajar mengajar
Selama ini kurikulum di anggapa sebagai  penetu keberhasilan pendidikan.  Karena itu, perhatian para guru, dosen, kepala sekolah/madrasah, ketua rektor, maupun praktisi pendidikan terkonsentrasi pada kurikulum. Padahal kurikulum bukanlah penentu utama. Dalam kasus pendidikan di Indonesia misalnya. Problem yang paling besar di hadapi bangsa ini sesungguhnya bukan problem kurikulum, meskipun bukan berarti kurikulum tidak menimbulkan problem, namun masalah kesadaran merupakan masalah yang besar. Yaitu lemahnya kesadaran untuk berprestasi, kesadaran untuk sukses, kesadarn untuki meningkatkan SDM, kesadaran untuk menghilangkan kebodohan, maupun kesadaran untuk berbuat yang terbaik.
e)     Analisis administrasi dan keuangan sekolah
Selama ini ada kesan bahwa keuangan adalah segalanya dalam memajukan suatu lembaga pendidikan. Tampa dukungan finasial yang cukup, manajer lembaga pendidikan seakan tidak bisa berbuat banyak dalam upaya memajukan lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sebab mereka berpikir semua upaya memajukan senantiasa harus dimodali dengan uang. Upaya memajukan kompenen-kompenen  pendidikan  tanpa disertai dukungan uang akan pasti mandek di tengah jalan.
Setidaknya ada dua hal yang meneybabkan timbulnya perhatian yang besar pada keungan yaitu, Pertama, keungan temaasuk kunci penentu kelangsungan dan kemajuan lembaga pendidikan. Kenyataan ini mengandung konsekuensi bahwa program-program pembaruan atau pengembangan pendidikan bisa gagal dan berantakan manakala tidak didukung oleh dana yang memadai.Kedua, lazimnya uang dalam jumlah besar sulit sekali didapatkan  khususnya lembaga pendidikan swasta yang baru berdiri.
f)      Sumber keuangan atau pembiayaan
Sumber keuangan atau pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga sumber, yaitu:
1.                  Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun keduanya, bersifat umum dan khususserta di peruntukkan bagi pendidikan.
2.                  Orangtua atau peserta didik.
3.                  Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.
2.  Analisis lingkungan eksternal
Analisis lingkungan eksternal (ALE) berupa pencermatan dan identifikasi terhadap kondisi lingkungan di luar organisasi yang dapat terdiri dari lingkungan ekonomi, teknologi, sosial, budaya, politik, ekologi dan keamanan pencermatan ini akan menghasilkan  indikasi menaganai peluang
a.      Analisis lingkungan sosial masyarakat
Lembaga pendidikan  perlu menangani masyarakat atau hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat. Kita harus menyadari bahwa masyarakat memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberadaan, keberlangsungan bahkan kemajuan lembaga pendidikan. Setidaknya salah satu parameter penentu nasib lembaga pendidikan adalah masyarakat. Bila ada lembaga pendidikan maju, hampir bisa dipastikan salah satu faktor keberhasilan adalah keterlibatan masyarakat yang maksimal. Begitu pula sebaliknya, bila ada lembaga pendidikan yang memperihatinkan, salah satu penyebabnya bisa jadi masyarakat enggan mendukung. Sikap masyarakat ini bisa jadi akibat dari hal lain dalam kaitannya dengan lembaga pendidikan, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Masyarakat memiliki posis ganda dalam lembaga pendidikan, yaitu sebagai objek dan sebagi subjek yang keduanya memiliki makna fungsional bagi pengadaan lembaga pendidikan. Ketika lembaga pendidikan sedang melakukan promosi penerimaan siswa/siswi dan mahasiswa baru maka masyarakat menjadi objek mutlak dibutuhkan. Sementara itu respon terhadap promosi itu menempatkan mereka sebagai subjek yang memiliki kewenangan penuh huntuk mnerima tau menolaknya.
Selain itu hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain sebagai berikut:
1.      Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak.
2.      Memperkukuh tujuan serta  meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat.
3.      Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
b.       Analisis peranan pemerintah dan Yayasan
Dalam menghadapi kebijakan pemerintah yang dinilai kurang berpihak pada pengembangan lembaga pendidikan, pengelola harus mampu memiliki jiwa untuk berbesar dan menanggung apa yang terjadi si kemudian hari terhadap terhadap kebijakan tersebut. Umumnya ketidaksesuaian kebijakan dengan apa yang ada di atas kertas dengan apa yang ada di lapangan dikarenakan tidak adanya kebijakan pendukung.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengamatan dan penilaian yang dilakukan secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan internal lembaga pendidikan memungkinkan para pengelola pendidikan mampu mengidentifikasi berbagai jenis peluang untuk merumuskan dan mengimplementasikan rencana pendidikan. Rancangan yang bersifat menyeluruh dapat dilakukan melalui proses tindakan yang dikenal sebagai manajemen strategik.
Pencapain tujuan organisasi diperlukan alat yang berperan sebagi ekselerator dan dinamisator sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efesien. Demikan halnya dalam lembaga pendidikan Islam yang merupakan sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, sejalan dengan hal tersebut diyakini sebagai salah satu alat untuk mencapai tesebut adalah menggunakan konsep manajemen  strtaegik
Dalam pelaksanaan roda organisasi baik itu organisasi publik maupun lain maka dibutuhkan pengelolaan yang profesional agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka perlu analisa dan memperhitungkan kemungkinan yang akan dihadapi dalam organisasi Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal vital dan berkesinambungan bagi suatu organisasi. Konsep manajemen strategik digunakan di dunia pendidikan untuk lebih mengefektifkan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik analisis SWOT.
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif lembaga pendidikan tersebut.Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik/hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang membuatnya unggul bagi pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).


DAFTAR PUSTAKA

1.      Akdon, 2007. Stategic Management for Education Management (Manajemen Strategik Untuk Manajemen Pendidikan), Bandung; Alfabeta.
2.      David, Fred R. 2006.  Manajemen Strtegis Konsep, terj. Ichan Setiyo Budi, Jakarta: Salemba Empat
3.      Depertemen pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Indonesia,Jakarta:Pusat Bahasa,
4.      Engkoswara dan Aan Komariah, 2010. Administrasi Pendidikan, Bandung; Alfabeta.
5.      Hidayat, Ara dan Imam Machali, 2012, Pemgelolaan Pendidikan, Konsep, Prinsip Dan Aplikasi Dalam Mengelolah Sekolah Dan Madrasah, Yogyakarta; Kaukaba.
6.      Mulyasa, E. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya.
7.      Padil, Moh. dan Angga Teguh Prasetyo, 2011, Strategi Pengelolaan SD/MI Visioner, Malang: UIN Maliki Press.
8.      Qomar, Mujamil, 2007. Manajemn Pendidikan Islam, Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, Bandung: Erlangga.
9.      Rangkuti, Freddy, 2008, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis,Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
10.  Sagala, Syaiful, 2010,  Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung; Alfabeta.
11.  Sam M, Chan, dkk. 2007, Anilisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, Jakarta; Grafindo Persada.
12.  Sallis, Edward, 2012. Total Quality Management in Edukation (Manajemen Mutu Pendidikan), Yogyakarta; IRCiSoD.
13.  Wahyudi, 1996.  Manajemen Stratgik Organisasi Non Profit, Jakarta: Bina Rupa Aksara.
14. Depertemen pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Indonesia,Jakarta:Pusat Bahasa,
15.  Syamsuddin, 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Press.

TUGAS MAKALAH
MATA KULIYAH MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
“ANALISIS SWOT MANAJEMEN LPI”
Dosen Pembimbing: Bapak Saiful M.Pd.I
logo stai warna.bmp






Oleh Kelompok 7:
Sutria Ningsih
Susiani
Ummul Fatimah
Umi Kulsum

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AT-TAQWA BONDOWOSO
Th.2015


 [1] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. 2003, hlm., 217
[[2]] Edward Sallis, Total Quality Management in Edukation (Manajemen Mutu Pendidikan), Yogyakarta; IRCiSoD, 2012, hlm., 221
[[3]] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pemgelolaan Pendidikan, Konsep, Prinsip Dan Aplikasi Dalam Mengelolah Sekolah Dan Madrasah, Yogyakarta; Kaukaba, 2012, hlm., 166
[[4]] Ibid, hlm. 166

[[5]] Ibid, hlm. 166

[[6]]Ibid, hlm. 166

[[7]] Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta, PT Gramedia PustakaUtama., 2008, hlm. 19.
[[8]] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pemgelolaan Pendidikan..., hlm., 150