BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai pelaksana program pendidikan, lembaga pendidikan adalah pemeran
utama untuk melaksanakan program tersebut. Dalam pelaksanaan program-program serta tujuan yang telah
disepakati oleh lembaga pendidikan tersebut tentunya tidak bisa terlepas dengan
problematika maupun persoalan-persoalan lain yang harus diselesaikan oleh
sebuah lembaga pendidikan termasuk lembaga pendidikan Islam.
Setiap pimpinan lembaga atau perusahaan tidak menginginkan perusahaannya
jatuh bangrut begitupun dengan lembaga pendidikan tidak ada yang menginginkan
jatuh terprosok hanya karena persoalan salah manajemen atau pengelolaan.
Masalah pendidikan bukan merupakan masalah baru dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Berdasarkan masalah pendidikan, tidak lepas problematika yang
dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam. Perhatian tersebut tidak lepas dari
akar sejarah lembaga pendidikan islam yang memunculkan madrasah dan sekolah.
Selaras dengan tuntutan zaman, lembaga pendidikan Islam pun berkembang. Persoalan-persoalan
yang timbul baik berupaa faktor intern maupun ekstern.Faktor intern misalnya
terkait dengan kurikulum, tenaga pendidik, perserta didik dan lain-lain,
sedangkan faktor eksternnya adalah faktor-faktor sosial (masyarakat),
pemerintahan maupun pihak-pihak yang terkait.
Sebuah lembaga pendidikan Islam tentunya harus mengetahui problematika
lembaganya, mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman sehingga
bisa melahirkan solusi-solusi cemerlang dan bisa mengantarkan lembaga pendidikan
Islam pada kedudukan yang sangat berpengaruh dalam pergulatan keilmuan bangsa
maupun dunia.
Sehubungan dengan hal tersebut E. Mulyasa menyatakan bahwa perkembangan
yang terjadi dewasa ini cenderun menimbulkan permasalahan dan tantangan baru
berdampak luas terhadap tugas-tugas pengelolaan
pendidikan.[[1]] Perbaikan mutu secara terus menerus berorientasi pada masukan, proses,
luaran, dll. Inti sumber perbaikan bukanlah pada fisiknya, melainkan pada
peningkatan profesionalitas manusia pengelola atau pelaksana lembaga pendidikan
Islam. Untuk mengukur tingkat keberhasilan, kekuatan dan kelemahan dalam
manajemen strategik maka analisis SWOT merupakan salah satu alternativ yang digunakan
dalam mengnalisis manajemen pendidikan, khusunya lembaga pendidikan Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Pengertian Anisis SWOT?
2.
Baaimana Analisis SWOT Lembaga Pendidikan Islam?
3.
Bagaimana tahapan Analisis SWOT secara cermat dan akurat?
4.
Apa
kelebihan dan kekurangan SWOT?
5.
Bagaimana proses analisis Strategi SWOT didalam Lembaga
Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan
penulisan makalah Analisis SWOT ini sebagai berikut :
1.
Memenuhi Tugas Kuliyah.
2.
Untuk mengetahui secara detail tentang Analisis SWOT
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anilisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari strength, weakneses,
Opportunities and Threats[[2]]
(kekuatan, kelemahan, peluang dan Ancaman). Analisis SWOT sudah menjadi
alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan, namun ia tetap
merupakan alat yang efektif dalam
menempatkan potensi institusi. SWOT dapat dibagikedalam dua elemen – analisa
internal yang berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri, dan analisa lingkungan
Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan
audit internal tentang seberapa efektif performa institusi pada konteks
eksternal atau lingkungan setempat sebuah institusi beroprasi. Analisis SWOT
bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari hal-hal tersebut,
kekutan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Tujuan pengujian ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminalkan kelemahan,
mereduksi ancaman dan membangun peluang.
Strengths-kekuatan merupakan kondisi internal positif yang
memberikan keuntungan. Kekuatan dalam lembaga sekolah/madrasah dapat berupa
kemampuan-kemampuan khusus/spesifik, SDM yang menandai, image organisasi,
kepemimpinan yang cakap dan lain-lain.[[3]]
Weaknes-kelemahan merupakan kondisi internal negativ yang
dapat merendahkan penilaian terhadap sekolah/madrasa kelemahan dapat berupa
rendahnya SDM yang dimiliki, produk yang tidak berkualitas, image yang tidak
kuat, kepemimpinan yang buruk dan lain-lain.[[4]]
Opportunity-peluang adalah kondisi sekarang atau masa depan yang
menguntungkan sekolah/madrasah. Opportunity merupakan kondisi eksternal yang
dapat memberikan peluang-peluang untuk kemajuan lembaga seperti adanya
perubahan hukum, menurunnya pesaing menigkatnya jumlah siswa baru.[[5]]
Threats-tantangan adalah kondisi eksternal sekolah/madrasah,
sekarang dan yang akan datang yang tidak menguntugkan. Tantangan ini dapa
berupa munculnya pesaing-pesaing baru, penurunan jumlah siswa dan lain-lain.[[6]]
B.
Analisis SWOT Lembaga
Pendidikan Islam
Analisi SWOT itu
sendiri dapat didefinisikan dengan suatu identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities),
akan tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan(weakness) dan
ancaman( threats).[[7]]
Ada beberapa tahapan dan langkah yang mesti ditempuh
dalam melakukan analisis SWOT, antara lain: Langkah pertama,
identifikasi kelemahan (internal) dan ancaman (eksternal, globalisasi) yang
paling urgen untuk diatasi secara umum pada semua komponen pendidikan. Langkah
kedua, identifikasi kekuatan (internal) dan peluang (eksternal) yang
diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah
diidentifikasi pada langkah pertama. Langkah ketiga, lakukan analisis
SWOT lanjutan setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
konteks sistem manajemen pendidikan. Langkah keempat, rumuskan
strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman,
termasuk pemecahan masalah, perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.
Langkah kelima, tentukan prioritas
penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan disusun suatu rencana tindakan untuk
melaksanakan program penanganan.
Dengan analisis SWOT tersebut diharapkan pendidikan Islam
dapat melakukan langkah-langkah strategis. Strategi adalah suatu cara
dimana organisasi atau lembaga akan mencapai tujuannya, sesuai dengan
peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta
sumber daya dan kemampuan internal.Setelah melakukan analisis SWOT, berikutnya
adalah melakukan langkah-langkah strategis sebagaimana dapat dibagankan sebagai
berikut:
1. Kekuatan
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus
atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan
komparatif lembaga pendidikan tersebut.Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga
pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan
bagi perserta didik, lulusan terbaik/hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan
lain yang membuatnya unggul bagi pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder
maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
Sebagai contoh bidang keunggulan, antara lain kekuatan
pada sumber keuangan, citra yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat,
loyalitas pengguna dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan.
Sedangkan keunggulan lembaga pendidikan di era otonomi pendidikan atara lain ;
sumber daya manusia yang secara kuantitatif besar, hanya saja perlu pembenahan
dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan pendidikan Islam sangat
tinggi, yang didukung sarana prasarana pendidikan yang cukup memadai. Hal lai dari
faktor keunggulan lembaga pendidikan Islam adalah kebutuhan masyarakat terhadap
yang bersifat transendental sangat tinggi, dan itu sangat mungkin
diharapkan dari proses pendidikan lembaga pendidikan Islam.
Bagi sebuah lembaga pendidikan sangat penting untuk
mengenali terhadap kekuatan dasar lembaga tersebut sebgai langkah awal atau
tonggak menuju pendidikan yang berbasis kualitas tinggi. Mengenali kekuatan dan
terus melakukan refleksi adalah sebuah langkah bersar untuk menuju kemajuan
bagi lembaga pendidikan islam.
2. Kelemahan
Segala sesuatu pasti memiliki kelemahan adalah hal
yang wajar tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan
dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisir kelemahan-kelemahan tersebut atau
bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh
lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini bisa kelemahan dalam sarana dan
prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, lemahnya kepercayaan
masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan dengan kebutuhan masyarakat
atau dunia usaha dan industri dan lain-lain
Untuk itu, beberapa faktor kelemahan yang harus segera
dibenahi oleh para pengelola pendidikan Islam, antar alain ; (1) lemahnya SDM
dalam lembaga pendidikan Islam. (2) sarana dan prasarana yang masih sebatas
pada sarana wajib saja. (3) lembaga pendidikan Islam swasta umumya kurang bisa
menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi
sekarang ini. (4) uotput lembaga pendidikan Islam belum sepenuhnya
bersaing dengan output lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.
3. Peluang
Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang
menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam lembaga pendidikan. ituasi
lingkungan tersebut misalnya ; (1) kecendrungan penting yang terjadi dikalangan
peserta didik. (2) identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat
perhatian. (3) perubahan dalam keadaan persaingan. (4) hubungan dengan pengguna
atau pelanggan dan sebagainya. Peluang pengembangan lembaga pendidikan Islam
antara lain :
a. Di era yang sedang krisis
moral dan krisis kejujuran seperti ini diperlukan peran serta pendidikan agama
Islam yang lebih dominan.
b. Pada kehidupan masyarakat kota
dan modern yang cenderung konsumtif dan hedonis, membutuhkan petunjuk jiwa,
sehingga kajian-kajian agama berdimensi sufistik kia menjamur. Ini menjadi
salah satu peluang bagi pengembangan lembaga pendidikan Islam kedepan.
c. Secara historis dan
realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan
komunitas muslim terbesar diseluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat
setrategibagi pentingnya manajemen pengembangan lembaga pendidikan Islam.
4. Ancaman.
Ancama merupakan kebalikan dari sebuah peluang,
ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah
lembaga pendidikan. Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi
sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga
pendidikan itu sendiri. Contoh ancaman tersebut adalah ; minat peserta didik
baru yang menurun, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan
tersebut dan lain-lain.
C. Analisis SWOT secara cermat
dan akurat
Menurut Boseman,(1989:6)
ada 7 tahap proses manajemen strategik :
1.
Lakukan analisis SWOT secara cermat dan akurat.
2.
Mengenali visi dan misi organisasi.
3.
Melakukan formulasi tentang filosofi dan kebijakan organisasi.
4.
Menetapkan
sasaran strategikorganisasi.
5.
Menetapkan
strategi organisasi.
6.
Melaksanakan strategi organisasi.
7.
Melakukan
kontrol strategi organisasi.
D.
Tabel Kerja SWOT
S (Kekuatan)
|
W (Kelemahan)
|
|
O (Peluang)
|
Sebuah
lembaga pendidikan harus memanfaatkan peluang menjadikan kekuatan atau
sebaliknya.
|
Peluang digunakan
untuk menekan sebuah kelemahan yang ada.
|
T (Ancaman)
|
Kekuatan
digunakan untuk menekan ancaman yang terjadi.
|
Sebuah
lembaga pendidikan sebulum datang sebuah ancaman harus menutupi
kelemahan-kelamahan yang ada dengan kekuatan dan peluang.
|
E.
Kelebihan SWOT
Dengan
adanya Swot maka suatu organisasi bisa menjalankan organisasinya dengan
langkah-langkah yang baik dan benar. Sehingga suatu organisasi itu bisa
berkembang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.
F.
Kekurangan SWOT
Kekurangannya
mungkin hanya dibutuhkan kesepakan yang deal antara pemikiran ketua dengan
anggota-anggotanya sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang sejalan.
G.
Faktor Internal (Kekuatan) yang
dimiliki lembaga pendidikan:
1.
Knowledge atau kepakaran yang dimiliki
2.
Lulusan dihasilkan atau pelayanan yg unik
3.
Lokasi tempat lembaga pendidikan berada
4.
Kualitas lulusan atau proses
H.
Faktor Internal (Kelemahan) yang
dimiliki lembaga pendidikan:
1.
Kurangnya pengetahuan sosialisasi lembaga pendidikan.
2.
Lulusan yang tidak dapat dibedakan dengan lulusan lembaga
pendidikan / lembaga pendidikan lain.
3.
Lokasi lembaga pendidikan yang terpencil
4.
Kualitas lulusan yang jelek
I.
Faktor Eksternal (Peluang) yang
dimiliki lembaga pendidikan:
1.
Adanya pendidikan berbasis internasional
2.
Lembaga yangterus berkembang dan pendidikan merupakan
kebutuhan bagi masyarakat.
3.
Peluang karena lembaga pendidikan yang tidak sanggup
memenuhi permintaan masyarakat.
J.
Faktor Eksternal (Ancaman) yang
dimiliki lembaga pendidikan:
1.
Adanya lembaga pendidikan Islam baru di area yang sama
2.
Persaingan harga dengan lembaga pendidikan lain.
3.
Lembaga pendidikan lain mengeluarka
4.
Lulusan baru yang inovatif
5.
Lembaga pendidikan lain memegang pangsa pasar terbesar
K.
Analisis Strategi SWOT didalam
Lembaga Pendidikan
1.
Analisis lingkungan internal
Analisi
lingkungan internal (ALI) berupa pencermatan dan identifikas terhadap kondisi
intenal organisasi, menyangkut organisasi, biaya oprasional, efektifitas
organisasi, sumber daya manusia, srana dan prasarana maupu dana yang tersedia.
Pencermatan dilakukan dengan mengelompokkan atas hal-hal yang merupakan
kekuatan (strength) atau kelemahan (weakness)organisasi dalan
rangka mewujudkan tujuan dan sasaran. Lingkungan internal merupakan roh dalam
sebuah lembaga untuk menjamin keberlangsungan proses pendidikan yang sedang
belangsung oleh karena itu dibutuhkan manjemen pengelolaan yang baik.
a)
Analisis siswa atau peserta didik
Pesrta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui pembelajaran yang tersedia pada jalu. Jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.[[8]] Oemar Hamalik di
kutip dari Ari Hidayat dan Imam Machali mendefinisikan peserta didik sebagi
suatu kompenen masukan dalam sistem masukan dalam sistem pendidikan yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia
berkualitas.
Adapun tahapan tahapan pengelolan
peserta didik menuurut Ari Hidayat dan Imam Machali sebagai berikut.
a)
Analisis kebutuhan peserta didik.
b)
Rekruitmen peserta didik.
c)
Seleksi peserta didik.
d)
Orientasi.
e)
Penenmpatan pesrta didik.
f)
Pembinaan dan penagenbangan peserta didik.
g)
Pencatatan dan pelaporan.
h)
Kelulusan dan Alumni.
Oleh
karena itu manajemen kesiswaan pendidikan bila dilihat dari segi tahapan dalam
masa studi di sekolah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu, penerimaan
siswa baru, preoses pembelajaran dan persiapan studi lanjut atau bekerja.
Dengan istilah lain, tiga tahapan tersebut dapat disebut denga tahapa
penjaringan, pemprosesan dan pendistribusian. Semua tahapan tersebut
membutuhkan pengelolaan secara maksimal agar mendapatkan hasil yang maksimal
pula.
b)
Analisis tenaga kependidikan
USPN
No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar instruktur, fasilitat or, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan
tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Peranan guru yang sangat
penting tersebut bisa menjadi potensi besar dalam memjukan atau meningkatkan
mutu pendidikan, atau sebaliknya bisa juga menghancurkannya. Ketika guru
benar-benar berlaku profesional dan dapat mengelola pendidikan dengan
baik, tentunya mereka semakin bersemangat dalam menjalnkan tugasnya bahkan rela
melakukan inovasi pembelajarn untuk kesuksesan pembelajaran peserta
didik.
c)
Analisis sarana fisik sekolah
Sarana
pendidikan adalah segala sesuatu yang meliputi peralatan dan
perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah seperti
gedung, ruangan, meja, kursi, alat peraga, buku pelajaran dan lain-lain.
Sedangkan prasarana semua kompenen yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut seperti jalan menju
sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan lain-lain.
Sarana
dan prasarana pendidikan dalam lembaga pendidikan Islam sebaiknya dikelola
dengan sebaik mungkin sesuai dengan ketentuan-ketentuan berikut;
1. Lengkap siap dipakai setiap saat,
kuat, dan Awet.
2. Rapi indah bersih, anggung, dan asri
sehingga menyejukkan pandangan dan perasaan siapun yang memasuki kompleks
lembaga pendidikan Islam.
3. Kreatif, inovatif, responsif dan
variatif sehingga dapat merangsang timbulnya imajinaasi peserta didik.
4. Memiliki jangkauan waktu penggunaan
yang panjang melalui perencanaan yang matang untuk menghidari kecendrungan
bongkar pasan bagunang.
5. Memiliki tempat khusus untuk beribadah
maupun pelaksanaan kegiatan sosio-religius seperti mushallah atau masjid..
Oleh
karena itu, sarana dan prasarana pendidikan seharusnya diupayakan semaksimal
mungkin agar lembaga pendidikan memiliki daya tarik yang khas. Jika
terjadi demikian, maka posisi tawar lembaga tersebut terhadap masyarakat
sekitar sangatlah tinggi. Hal ini mungkin terjadi jika sarana dan prasarana ini
mendapat perhatian besar dari manajer pendidikan mulai tahap perencanaan sampai
pada perawatan /pemeliharaan.
d)
Analisis kurikulum, materi pendidikan dan proses belajar
mengajar
Selama
ini kurikulum di anggapa sebagai penetu keberhasilan pendidikan.
Karena itu, perhatian para guru, dosen, kepala sekolah/madrasah, ketua
rektor, maupun praktisi pendidikan terkonsentrasi pada kurikulum. Padahal
kurikulum bukanlah penentu utama. Dalam kasus pendidikan di Indonesia misalnya.
Problem yang paling besar di hadapi bangsa ini sesungguhnya bukan problem
kurikulum, meskipun bukan berarti kurikulum tidak menimbulkan problem, namun
masalah kesadaran merupakan masalah yang besar. Yaitu lemahnya kesadaran untuk
berprestasi, kesadaran untuk sukses, kesadarn untuki meningkatkan SDM,
kesadaran untuk menghilangkan kebodohan, maupun kesadaran untuk berbuat yang
terbaik.
e)
Analisis administrasi dan keuangan sekolah
Selama
ini ada kesan bahwa keuangan adalah segalanya dalam memajukan suatu lembaga
pendidikan. Tampa dukungan finasial yang cukup, manajer lembaga pendidikan
seakan tidak bisa berbuat banyak dalam upaya memajukan lembaga pendidikan yang
dipimpinnya. Sebab mereka berpikir semua upaya memajukan senantiasa harus
dimodali dengan uang. Upaya memajukan kompenen-kompenen pendidikan
tanpa disertai dukungan uang akan pasti mandek di tengah jalan.
Setidaknya
ada dua hal yang meneybabkan timbulnya perhatian yang besar pada keungan yaitu, Pertama, keungan
temaasuk kunci penentu kelangsungan dan kemajuan lembaga pendidikan. Kenyataan
ini mengandung konsekuensi bahwa program-program pembaruan atau pengembangan
pendidikan bisa gagal dan berantakan manakala tidak didukung oleh dana yang
memadai.Kedua, lazimnya
uang dalam jumlah besar sulit sekali didapatkan khususnya lembaga
pendidikan swasta yang baru berdiri.
f)
Sumber keuangan atau pembiayaan
Sumber
keuangan atau pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi tiga sumber, yaitu:
1.
Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun keduanya,
bersifat umum dan khususserta di peruntukkan bagi pendidikan.
2.
Orangtua atau peserta didik.
3.
Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.
2. Analisis
lingkungan eksternal
Analisis
lingkungan eksternal (ALE) berupa pencermatan dan identifikasi terhadap kondisi
lingkungan di luar organisasi yang dapat terdiri dari lingkungan ekonomi,
teknologi, sosial, budaya, politik, ekologi dan keamanan pencermatan ini akan
menghasilkan indikasi menaganai peluang
a.
Analisis lingkungan sosial masyarakat
Lembaga
pendidikan perlu menangani masyarakat atau hubungan lembaga pendidikan
dengan masyarakat. Kita harus menyadari bahwa masyarakat memiliki peranan yang
sangat penting terhadap keberadaan, keberlangsungan bahkan kemajuan lembaga
pendidikan. Setidaknya salah satu parameter penentu nasib lembaga pendidikan
adalah masyarakat. Bila ada lembaga pendidikan maju, hampir bisa dipastikan
salah satu faktor keberhasilan adalah keterlibatan masyarakat yang maksimal.
Begitu pula sebaliknya, bila ada lembaga pendidikan yang memperihatinkan, salah
satu penyebabnya bisa jadi masyarakat enggan mendukung. Sikap masyarakat ini
bisa jadi akibat dari hal lain dalam kaitannya dengan lembaga pendidikan, baik
yang bersifat internal maupun eksternal.
Masyarakat
memiliki posis ganda dalam lembaga pendidikan, yaitu sebagai objek dan sebagi
subjek yang keduanya memiliki makna fungsional bagi pengadaan lembaga
pendidikan. Ketika lembaga pendidikan sedang melakukan promosi penerimaan
siswa/siswi dan mahasiswa baru maka masyarakat menjadi objek mutlak dibutuhkan.
Sementara itu respon terhadap promosi itu menempatkan mereka sebagai subjek
yang memiliki kewenangan penuh huntuk mnerima tau menolaknya.
Selain
itu hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain sebagai berikut:
1.
Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak.
2.
Memperkukuh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup
dan penghidupan masyarakat.
3.
Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
sekolah.
b. Analisis
peranan pemerintah dan Yayasan
Dalam
menghadapi kebijakan pemerintah yang dinilai kurang berpihak pada pengembangan
lembaga pendidikan, pengelola harus mampu memiliki jiwa untuk berbesar dan menanggung
apa yang terjadi si kemudian hari terhadap terhadap kebijakan tersebut. Umumnya
ketidaksesuaian kebijakan dengan apa yang ada di atas kertas dengan apa yang
ada di lapangan dikarenakan tidak adanya kebijakan pendukung.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengamatan dan penilaian yang dilakukan secara
simultan terhadap lingkungan eksternal dan internal lembaga pendidikan
memungkinkan para pengelola pendidikan mampu mengidentifikasi berbagai jenis
peluang untuk merumuskan dan mengimplementasikan rencana pendidikan. Rancangan
yang bersifat menyeluruh dapat dilakukan melalui proses tindakan yang dikenal
sebagai manajemen strategik.
Pencapain tujuan organisasi diperlukan alat yang
berperan sebagi ekselerator dan dinamisator sehingga tujuan dapat tercapai
secara efektif dan efesien. Demikan halnya dalam lembaga pendidikan Islam yang
merupakan sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan
berbangsa dan bernegara, sejalan dengan hal tersebut diyakini sebagai salah
satu alat untuk mencapai tesebut adalah menggunakan konsep manajemen strtaegik
Dalam pelaksanaan roda organisasi baik itu organisasi
publik maupun lain maka dibutuhkan pengelolaan yang profesional agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka perlu analisa dan memperhitungkan
kemungkinan yang akan dihadapi dalam organisasi Manajemen strategik adalah
proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan
hal vital dan berkesinambungan bagi suatu organisasi. Konsep manajemen
strategik digunakan di dunia pendidikan untuk lebih mengefektifkan
pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik analisis SWOT.
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah
kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai
plus atau keunggulan komparatif lembaga pendidikan tersebut.Hal ini bisa
dilihat jika sebuah lembaga pendidikan harus memiliki skill atau
keterampilan yang bisa disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik/hasil
andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang membuatnya unggul bagi
pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder maupun pelanggan
(peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Akdon, 2007. Stategic
Management for Education Management (Manajemen Strategik Untuk Manajemen
Pendidikan), Bandung; Alfabeta.
2.
David, Fred R. 2006. Manajemen
Strtegis Konsep, terj. Ichan Setiyo Budi, Jakarta: Salemba Empat
3.
Depertemen pendidikan Nasional,
2008, Kamus Besar Indonesia,Jakarta:Pusat Bahasa,
4.
Engkoswara dan Aan Komariah,
2010. Administrasi Pendidikan, Bandung; Alfabeta.
5.
Hidayat, Ara dan Imam Machali,
2012, Pemgelolaan Pendidikan, Konsep, Prinsip Dan Aplikasi Dalam
Mengelolah Sekolah Dan Madrasah, Yogyakarta; Kaukaba.
6.
Mulyasa, E. 2003. Menjadi
Kepala Sekolah Profesional, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya.
7.
Padil, Moh. dan Angga Teguh
Prasetyo, 2011, Strategi Pengelolaan SD/MI Visioner, Malang: UIN
Maliki Press.
8.
Qomar, Mujamil, 2007. Manajemn
Pendidikan Islam, Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam,
Bandung: Erlangga.
9.
Rangkuti, Freddy, 2008, Analisis
SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis,Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
10. Sagala,
Syaiful, 2010, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan, Bandung; Alfabeta.
11. Sam M, Chan,
dkk. 2007, Anilisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah,
Jakarta; Grafindo Persada.
12. Sallis,
Edward, 2012. Total Quality Management in Edukation (Manajemen Mutu
Pendidikan), Yogyakarta; IRCiSoD.
13. Wahyudi,
1996. Manajemen Stratgik Organisasi Non Profit, Jakarta:
Bina Rupa Aksara.
14. Depertemen pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Indonesia,Jakarta:Pusat
Bahasa,
15. Syamsuddin, 2005.
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Press.
TUGAS
MAKALAH
MATA
KULIYAH MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
“ANALISIS
SWOT MANAJEMEN LPI”
Dosen
Pembimbing: Bapak Saiful M.Pd.I

Oleh Kelompok 7:
Sutria Ningsih
Susiani
Ummul Fatimah
Umi Kulsum
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AT-TAQWA BONDOWOSO
Th.2015